Fanfiction : Watashi to Onii-chan to Senpai Chapter 5




Soraru

Aku ini sebenarnya kelewat bodoh atau apa sih. Setelah beberapa hari mencarinya di area sekolah dan akhirnya menemukannya, Aku malah menanyakan hal yang tidak bermutu seperti itu. Apa sekarang Aku sudah ketularan Sei yang suka memaksa dan mengintrogasi orang lain. Oh jangan sampai.
Aku benar-benar merutuki diriku sendiri. Mungkin Aku juga perlu mengutuk agar Sei benar-benar menjadi batu sekalian. Tega banget ya.
Gadis itu masih menatapku ketakutan. Sei, kau harus tanggung jawab.
“N-natsuki” ucapnya gugup.
“Natsuki Iori” jawabnya lagi.
Aku hanya diam, tentu saja Aku mengetahui nama itu. Tapi bukan itu yang Aku inginkan. Aku ingin dia menggunakan nama yang ‘lain’.
Ku pindahkan tangan kananku dari samping kepalanya, mungkin itu juga tadi membuat Iori tertekan.
“Bukan....”
“Ternyata kamu bukan orang yang ku cari” kalimat itu keluar begitu saja dari mulutku.
Mata Iori memancarkan bahwa dia tidak percaya dengan apa yang baru saja di dengarnya.
“Sora-nii”
Aku mundur beberapa langkah, “Onii-chan” panggilnya pelan dan mulai maju mendekatiku.
“Jangan mendekat” bentakku, Iori berhenti melangkah.
“Jangan mendekatiku” ucapku lagi.
Aku benar-benar frustasi saat ini. Sebenarnya Aku mengakuinya sebagai adik kandungku, tapi ‘nama’ itu. ‘nama’ itu yang membuatku tidak menyukainya. Aku ingin dia memanggil dirinya dengan ‘nama’ yang sama denganku.
Aku sangat ingin memeluknya, tapi ‘nama’ itu menjadi pemicunya. Kami berdua sekarang hanyalah seperti orang asing. Tidak mungkin Aku memeluk orang yang bukan merupakan keluarga ku.
“Ternyata benar....” APA?
“Onii-chan sudah lupa denganku” ucapnya sendu.
Bukan, bukan kalimat itu yang ku inginkan darinya.
“Aku selalu berharap ingin bertemu dengan Onii-chan lagi setelah perceraian itu, tapi Okaa-san melarangnya karena Otou-san tidak akan mengizinkanku menemuimu” ungkapnya.
“Kalau Aku memaksa ingin bertemu, Okaa-san hanya bisa terdiam tidak berdaya”.
Apa Otou-san setega itu sama anaknya sendiri?
“Aku sering menghubungi telpon rumah, tapi Yoshimura-san selalu bilang Sora-nii tidak ada dirumah”.
Setelah perceraian Okaa-san dan Otou-san, Aku selalu ada di rumah, tepatnya mengurung diri dikamar.
“T-tapi pernah Otou-san yang menerima telponku, dan dia sangat marah padaku. Sejak saat itu, Aku tidak pernah bisa lagi menghubungi telpon rumah lagi”.
Ternyata karena itu Yoshimura-san mencabut kabel telpon dan menggantinya dengan telpon yang baru.
Iori mengusap air matanya yang mulai menetes. “setelah sekian lama, Aku benar-benar bertemu dengan Onii-chan lagi”.
Dia tersenyum kearahku “Aku benar-benar merasa senang, tapi Aku mengurungkan niatku untuk menemuimu karena nanti Otou-san akan marah-marah lagi”.
Aku mulai geram, jangan sebut lagi nama orang tua yang membuat kedua anaknya menderita. “Ini tidak ada hubungannya dengan Otou-san” teriakku.
Iori tersentak kaget, “T-tapi....”
“Apa semua ini karena Otou-san? Apa semua kejadian ini karena Otou-san? Apa perpisahan itu karena Otou-san, heh?”
Kekesalanku tidak bisa terbendung lagi. Semuanya keluar seperti tertiup angin, semua kekesalanku keluar begitu saja.
Iori yang tidak bisa membendung air matanya akhirnya menangis juga “B-bukan, itu semua kesalahanku”.
“Ini bukan kesalahan Otou-san tapi kesalahanku”.
“ Semua ini salahku”
Aku ingat, Iori selalu menangis dan berkata pertengkaran orang tua kami karena dia.
“Aku tidak bisa melakukan apa-apa dan hanya bisa membuat Otou-san kecewa”.
Otou-san memang mendidik kami berdua dengan keras. Semua harus berjalan sesuai rencananya dan tidak boleh ada kesalahan sedikit pun. Tapi, Iori adalah anak yang lemah dan tidak bisa melakukan apa-apa sesuai keinginan Otou-san. Walaupun belajar setiap hari, Iori tidak bisa menguasai sesuatu, kecuali dalam hal akademik. Nilainya selalu memuaskan, tapi kalau nilai ekskul musik dia tidak bisa berbuat banyak.
Itu sebabnya Otou-san seperti tidak mengakui Iori sebagai anaknya. Menurutnya anak dari keluarga Natsume harus bisa segalanya dan perfect dalam segala aspek termasuk musik.
Dia bukanlah anggota keluarga Natsume” Aku selalu ingat Otou-san berkata seperti itu kalau Okaa-san membela Iori.
“Aku anak yang tidak berguna” isaknya.
“Dasar anak tidak berguna”.
Melihatnya menangis sekarang ini membawaku ke kenangan masa lalu, dulu Iori juga selalu menangis seperti ini setiap hari.
Aku maju mendekatinya, hatiku ingin sekali menghentikan tangisan itu. Tapi....
“I-iori” dia tidak menjawab.
Tangannya masih di tangkupkan di wajahnya, bahunya sedikit bergetar naik turun.
“Iori....”
Aku menggerakkan tangganku yang gemetar, apa hanya gara-gara sebuah ‘nama’ Aku bertingkah seperti ini. Oh, Kami-sama ada apa denganku, Aku merasa bersalah telah membuat adikku yang sangat berharga menangis.
“Onii-chan”
Dengan respont otak yang menggerakkan otot hanya beberapa milidetik, akhirnya Aku bisa melakukannya. Ku peluk erat tubuhnya dan meletakan kepalaku di pundaknya.
“Maaf ” hanya itu yang bisa terucap dari mulutku.
Mataku mulai terasa panas, mungkin air terjun itu akan tumpah sebentar lagi.
“Ku mohon jangan menangis lagi” isakku.
Dia mulai terasa tenang karena gerakan bahunya yang naik turun mulai tidak terasa lagi. Iori juga membiarkanku memeluknya sampai hatiku merasa tenang.
.
.
to be continue

0 komentar:

Posting Komentar