Fanfiction : Watashi to Onii-chan to Senpai Chapter 4




Iori

Heh.... mungkin setiap hari Aku harus mendapati para siswi berteriak-teriak gila memanggil Ketua OSIS dan Wakilnya.
Seperti saat masuk gerbang....
“Kyaaaaaaaaaaaa.... Kaichou”.
Naik tangga...
“Shirogane-kun”.
Masuk kelas...
“Fuko-Kaichou”.
Istirahat...
“Natsume-kun”.
Makan siang...
“Kyaaaaaaa.....”.
“Natsume-Senpai”.
“Shirogane-kun”.
Ya ampun, bisa-bisa setelah lulus Aku gila lantaran strees mendengarkan teriakan itu setiap hari. Mungkin Aku harus mencari tempat yang tenang dan damai untuk membaca. Rasanya perpustakaan adalah tempat yang cocok.
Tapi, saat masuk kesana...
“Kyaaaaaaaaaaaa....Kaichou”
“Shirogane-kun”
“Natsume-Senpai”
Aku hanya bisa sweatdrop, ternyata tidak ada bedanya antara perpustakaan yang di cap tempat paling tenang dan damai dengan ruang kelas yang ribut kalau seperti ini. Bahkan penjaga perpustakaan juga ikut-ikutan menengok ke luar jendela, bukannya menegur murid yang membuat keributan.
Aku memilih mundur dan mencari tempat lain yang lebih sedikit tenang. Sebenarnya Aku bisa membaca walaupun ada keributan, tapi kalau keributan yang terjadi setiap saat tanpa jeda kecuali pelajaran berlangsung itu sangat mengganggu dan tidak bisa membuatku fokus.
“Onii-chan ternyata sangat populer ya” pikirku.
Tapi melihat keadaannya kemarin, dia tampaknya sedang tidak baik. “Apa dia mengingatku ya kalau kami bertemu”.
Aku memilih untuk kembali ke kelas, mungkin disana akan lebih tenang. Ku buka buku kecilku dan kembali membacanya.
Karena ruang kelasku berada di lantai dua dan perpustakaan berada di lantai satu, jadinya Aku harus menaiki tangga. Selama ini saat menaiki tangga, Aku tidak pernah menabrak orang apalagi terpeleset karena Aku hafal irama kaki seseorang. apakah dia berada di sebelah kanan atau kiri, jauh atau dekat Aku mengetahuinya. bahkan Aku selalu menghitung anak tangga yang ku lalui.
Yost ini adalah anak tangga terakhir menuju lantai dua, tinggal belok kanan dan....
Bruk...
Ya ampun, ini pertama kalinya Aku menabrak orang. Tapi aneh, Aku tidak mendengar langkah kakinya.
Mungkin Aku menabrak seorang laki-laki, tidak mungkin Aku terjatuh kalau menabrak seorang perempuan.
“I-ittai” Aku memegang dahiku yang terasa sedikit sakit karena berbenturan dengannya. bersyukurlah setelah jatuh tadi tanganku tidak terpelesat yang akan membuatku terjatuh dari tangga.
Kami-sama, terima kasih karena kau masih sayang padaku.
“Kau baik-baik saja” tanyanya. Tuh kan benar dia itu laki-laki. Tidak melihatnya pun Aku sudah tahu dari suaranya.
“Aku bai-.....” mataku membulat sempurna saat tahu siapa yang ku tabrak. Hal itu juga sama dilakukannya.
“Onii-chan....” panggilku pelan.
Kami berdua terpaku cukup lama, mungkin dia masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.
“Umm...Sora ada apa?” tanya pemuda di belakangnya.
Tanpa ba bi bu dia menarik tanganku dan membawaku menjauh dari sana.


 “H-hoi Sora...” panggilan itu tidak ia hiraukan.
Aku hanya bisa diam di belakangnya. Mungkin dia mencari tempat yang sepi. Tapi dengan keadaan seperti ini orang-orang melihat ke arah kami seraya berbisik tidak percaya, termasuk para siswi yang sangat menggilai Sora-nii.
“K-kaichou menggandeng seorang siswi kelas 1”
“Natsume-kun?”
“Ya ampun, ini tidak pernah terjadikan”
“Mau apa dia”
Ada juga yang menatapku sinis.
Aku hanya bisa tertunduk, antara malu dan kesal campur aduk jadi satu. Aku kan bukan pacarnya, untuk apa di tatap seperti itu.
“Jangan dihiraukan” ucapnya. Aku melihat Sora-nii sekilas, matanya masih berfokus ke depan.
Sebenarnya Aku mau dibawa kemana?.
Sesampainya di lantai tiga, kami berjalan menuju ruangan paling ujung. Sebelum masuk Aku sempat membaca tempat apa itu.
“Ruang musik? Untuk apa disini” batinku.
Dia melepaskan ku dan mengunci pintu ruangan itu. Ok, sekarang Aku benar-benar merasa aneh dengannya.
Kami mulai membisu, tidak ada yang mau memulai. Mungkin Sora-nii merasa canggung. Ok, Aku paling tidak suka situasi seperti ini.
“O-onii....Hwaaaaaa”
Tiba-tiba Sora-nii menarikku dan mendorong punggungku ke pintu. Tangan kanannya di letakkan di sebelah kepalaku dan sempat menimbulkan bunyi ‘blam’. Tentu saja itu membuatku kaget dan langsung menatapnya tidak percaya.
“Apa dia tidak mengenaliku” pikirku.
Dia balik menatapku secara intens. Aku mulai ketakutan dibuatnya.
“Sebenarnya kamu ini siapa?”.
.
.
to be continue

0 komentar:

Posting Komentar