Iori
Heh.... mungkin setiap hari
Aku harus mendapati para siswi berteriak-teriak gila memanggil Ketua OSIS dan Wakilnya.
Seperti saat masuk gerbang....
“Kyaaaaaaaaaaaa.... Kaichou”.
Naik tangga...
“Shirogane-kun”.
Masuk kelas...
“Fuko-Kaichou”.
Istirahat...
“Natsume-kun”.
Makan siang...
“Kyaaaaaaa.....”.
“Natsume-Senpai”.
“Shirogane-kun”.
Ya ampun, bisa-bisa setelah
lulus Aku gila lantaran strees mendengarkan teriakan itu setiap hari. Mungkin
Aku harus mencari tempat yang tenang dan damai untuk membaca. Rasanya
perpustakaan adalah tempat yang cocok.
Tapi, saat masuk kesana...
“Kyaaaaaaaaaaaa....Kaichou”
“Shirogane-kun”
“Natsume-Senpai”
Aku hanya bisa sweatdrop,
ternyata tidak ada bedanya antara perpustakaan yang di cap tempat paling tenang
dan damai dengan ruang kelas yang ribut kalau seperti ini. Bahkan penjaga
perpustakaan juga ikut-ikutan menengok ke luar jendela, bukannya menegur murid
yang membuat keributan.
Aku memilih mundur dan
mencari tempat lain yang lebih sedikit tenang. Sebenarnya Aku bisa membaca
walaupun ada keributan, tapi kalau keributan yang terjadi setiap saat tanpa
jeda kecuali pelajaran berlangsung itu sangat mengganggu dan tidak bisa
membuatku fokus.
“Onii-chan ternyata sangat
populer ya” pikirku.
Tapi melihat keadaannya
kemarin, dia tampaknya sedang tidak baik. “Apa dia mengingatku ya kalau kami
bertemu”.
Aku memilih untuk kembali ke
kelas, mungkin disana akan lebih tenang. Ku buka buku kecilku dan kembali
membacanya.
Karena ruang kelasku berada
di lantai dua dan perpustakaan berada di lantai satu, jadinya Aku harus menaiki
tangga. Selama ini saat menaiki tangga, Aku tidak pernah menabrak orang apalagi
terpeleset karena Aku hafal irama kaki seseorang. apakah dia berada di sebelah
kanan atau kiri, jauh atau dekat Aku mengetahuinya. bahkan Aku selalu
menghitung anak tangga yang ku lalui.
Yost ini adalah anak tangga
terakhir menuju lantai dua, tinggal belok kanan dan....
Bruk...
Ya ampun, ini pertama kalinya
Aku menabrak orang. Tapi aneh, Aku tidak mendengar langkah kakinya.
Mungkin Aku menabrak seorang
laki-laki, tidak mungkin Aku terjatuh kalau menabrak seorang perempuan.
“I-ittai” Aku memegang dahiku
yang terasa sedikit sakit karena berbenturan dengannya. bersyukurlah setelah
jatuh tadi tanganku tidak terpelesat yang akan membuatku terjatuh dari tangga.
Kami-sama, terima kasih karena
kau masih sayang padaku.
“Kau baik-baik saja”
tanyanya. Tuh kan benar dia itu laki-laki. Tidak melihatnya pun Aku sudah tahu
dari suaranya.
“Aku bai-.....” mataku
membulat sempurna saat tahu siapa yang ku tabrak. Hal itu juga sama dilakukannya.
“Onii-chan....” panggilku
pelan.
Kami berdua terpaku cukup
lama, mungkin dia masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.
“Umm...Sora ada apa?” tanya
pemuda di belakangnya.
Tanpa ba bi bu dia menarik
tanganku dan membawaku menjauh dari sana.
“H-hoi Sora...” panggilan itu
tidak ia hiraukan.
Aku hanya bisa diam di
belakangnya. Mungkin dia mencari tempat yang sepi. Tapi dengan keadaan seperti
ini orang-orang melihat ke arah kami seraya berbisik tidak percaya, termasuk
para siswi yang sangat menggilai Sora-nii.
“K-kaichou menggandeng
seorang siswi kelas 1”
“Natsume-kun?”
“Ya ampun, ini tidak pernah
terjadikan”
“Mau apa dia”
Ada juga yang menatapku
sinis.
Aku hanya bisa tertunduk,
antara malu dan kesal campur aduk jadi satu. Aku kan bukan pacarnya, untuk apa
di tatap seperti itu.
“Jangan dihiraukan” ucapnya.
Aku melihat Sora-nii sekilas, matanya masih berfokus ke depan.
Sebenarnya Aku mau dibawa
kemana?.
Sesampainya di lantai tiga,
kami berjalan menuju ruangan paling ujung. Sebelum masuk Aku sempat membaca
tempat apa itu.
“Ruang musik? Untuk apa
disini” batinku.
Dia melepaskan ku dan
mengunci pintu ruangan itu. Ok, sekarang Aku benar-benar merasa aneh dengannya.
Kami mulai membisu, tidak ada
yang mau memulai. Mungkin Sora-nii merasa canggung. Ok, Aku paling tidak suka
situasi seperti ini.
“O-onii....Hwaaaaaa”
Tiba-tiba Sora-nii menarikku
dan mendorong punggungku ke pintu. Tangan kanannya di letakkan di sebelah
kepalaku dan sempat menimbulkan bunyi ‘blam’. Tentu saja itu membuatku kaget
dan langsung menatapnya tidak percaya.
“Apa dia tidak mengenaliku”
pikirku.
Dia balik menatapku secara
intens. Aku mulai ketakutan dibuatnya.
“Sebenarnya kamu ini siapa?”.
.
.
to be continue
0 komentar:
Posting Komentar