Soraru
Entah kenapa Aku merasa bete
sekali hari ini. Mungkin gara-gara teriakan para siswi tadi pagi, entahlah apa
peduliku. Atau malah gara-gara tadi malam?.
“Kau kelihatan bad mood
sekali, Sora” dengan malas Aku membuka mata dan melihat kearahnya.
“Apa karena tadi pagi?”.
“Kau pasti sudah tahu
jawabannya, Sei” jawabku malas.
Dia hanya menghela napas dan
tersenyum tipis, “Oh iya, apa itu yang kau bawa” pertanyaan itu langsung saja
meluncur dari mulutku.
“Ini? Data murud kelas 1 dari
kepala sekolah” jawabnya singkat dan meletakkan tumpukan kertas itu dimejaku.
Aku hanya memandangnya dengan frustasi.
“Dan Aku ada dapat surat dari
Yura-Senpai” Sei memperlihatkan sebuah surat kepadaku.
“Bisa kau bacakan, Aku lagi
malas untuk membacanya”.
“Um....begini”
Selamat kalian berdua sudah resmi menjadi ketua osis dan wakil.
Aku harap kalian menjadi panutan dan menjadikan sekolah kita
menjadi lebih baik.
Semoga mendapat anggota baru yang baik, pengertian dan biasa-biasa
saja (tidak setamfan kalian T^T).
By: Mikoshiba Yura (ex-Seitou Kaichou)
P.S. Natsume jangan malas-malasan.
P.S.S. Shirogane jangan cuma jadi patung.
Kami berdua hanya cengo. Ya
ampun nih mantan ketua OSIS bawel banget sih. Akukan malas-malasan kalau lagi
mood jelek doang.
“Dia mengira Aku ini patung”
ucap Sei dengan nada kesal tapi ekspresinya tetap datar.
“Jangan di ambil hati Sei,
dia hanya tidak tahu bagaimana caramu bekerja” hiburku.
Sei tidak menjawab dan
memilih berdiri di dekat jendela yang berada di belakangku. Aku bisa
memakluminya karena memang itulah kebiasaan kami.
Dulu sebelum jadi ketua OSIS
aku adalah seorang wakil dan Sei adalah Sekertaris. Aku memang berbagi tugas
dengan Mikoshiba-Senpai, dia yang kerja lapangan dan Aku kerja di ruangan.
Alasannya cukup simpel kenapa Aku memilih kerja di dalam ruangan, karena Aku
tidak ingin para siswi berteriak-teriak memanggil namaku dan menimbulkan
keributan. Alasan Sei juga begitu, makanya dia seperti patung yang hanya diam
memperhatikan orang dari jendela kalau tidak ada kerjaan.
“Sei, apa kamu memaksa kepala
sekolah lagi untuk menyerahkan dokumen ini” tanyaku.
“Menurutmu bagaimana”
tanyanya balik.
Aku menyeringai. ku ambil
selembar kertas paling atas dari tumpukan itu lalu berkata “Kau ini. Hentikan
kebiasaan burukmu itu”.
“Kau juga, hentikan kebiasaan
burukmu yang selalu bad mood setiap hari” ucapnya datar.
Bibirku langsung melengkung
ke bawah, tanda Aku tidak suka kalau dia mengatakanku selalu bad mood setiap
hari.
Daripada tumpukan kertas ini
tidak ku sentuh sampai besok, lebih baik Aku mengerjakannya pelan-pelan.
Mungkin hari ini bisa selesai.
Kami berdua diam bisu, Aku
masih dengan pekerjaanku dan Sei yang diam di belakangku.
“Ah, tumben sekali ada yang
duduk disana” ucap Sei tiba-tiba.
“Sei jangan memperhatikan
orang pacaran” tanggapku malas, masih berpautan dengan tumpukan kertas didepanku.
Ruang OSIS ada di lantai
tiga, ruangan nomor 2 paling ujung sebelah kanan. Di lantai 2 ada ruang guru
dan posisinya 2 ruangan dibawah setelah ruangan kami. Di belakang kami adalah
halaman belakang sekolah, disana ada sebuah bangku dan tak jauh ada sebuah
pohon sakura.
Ah pohon sakura
mengingatkanku pada janji yang tidak ku tepati pada seseorang.
“Yang duduk disana seorang
siswi kelas 1” ralat Sei datar.
Mudah sekali untuk mengenali
setiap murid di sekolah ini berdasarkan tingkatannya, anak kelas 1 memakai dasi
merah, kelas 2 memakai dasi biru, sedangkan kelas 3 memakai dasi hijau.
Aku tidak menanggapinya, apa
peduliku dengan orang duduk yang ada disana. Itukan tempat umum, siapapun bisa
duduk disana.
“Sora!”
“Hm?”
“Dulu kau pernah bilang kalau
kamu terpisah dengan adikmu kan”.
Aku lumayan kaget Sei berkata
seperti itu sekaligus kembali bad mood, “Memangnya ada apa?”
“Siswi yang disana itu.....”
belum selesai dia berbicara,
“Kyaaaaaaa.....Shirogane-kun”.
“Fuko-Kaichou.....”.
Yare-yare teriakan siswi yang
selalu mengganggu. Sei tidak menanggapi panggilan mereka, tapi dia berucap “Dia
pergi”.
Aku memutar sedikit kepalaku
agar bisa melihat orang yang dimaksud Sei, tapi siswi kelas 1 itu sudah tidak
ada lagi disana. hanya menyisakan dua orang pengganggu yang melihat ke arah
kami dari bawah sana.
“HEI JANGAN TERIAK-TERIAK”
suara bariton dari seorang guru terdengar. Kedua siswi itu kabur
terbirit-birit.
Pandangannya tertuju ke arah
kami yang tidak sengaja melihatnya “Natsume, Shirogane, jangan menimbulkan
keributan” ucapnya lalu pergi.
Kami berdua mengernyitkan
dahi, siapa juga yang membuat keributan. Kedua siswi kelas 2 itu saja yang tadi
teriak-teriak.
Sei langsung duduk di mejanya. Mungkin dia tidak ingin diteriaki
guru BP itu lagi. Yoshimura-Sensei memang seperti itu, tidak peduli orang itu
terlibat atau tidak, kalau membuat keributan akan diteriaki dan mendapat
hukuman darinya.
Aku melihat kearahnya,
wajahnya tetap saja datar tanpa ekspresi. “Daripada diam, bantu Aku merekap
data ini” ujarku penuh harap.
Tanpa menjawab, Sei langsung
mengambil sebagian dari tumpukan kertas itu, dan kami bekerja dalam diam.
Tak terasa kami bekerja
hampir 4 jam. “Tak kusangka, tahun ini murid kelas 1 banyak sekali” ucapku seraya
meregangkan otot-ototku.
“Tahun ini sekolah
habis-habisan melakukan penarikan murid baru” tanggap Sei yang matanya masih
berfokus dengan kertas di depannya.
Aku bersandar di kursi dan
melongakkan kepalaku ke arah langit yang mulai berwarna jingga. Awan bergerak
pelan karena tiupan angin.
”Tahun ini dia masuk SMA ya”
pikirku.
“Kalau dihitung sudah 10
tahun berlalu sejak kejadian itu” lanjutku.
“Onii-chan”.
Pandanganku teralih saat
mendengar kursi ditarik kasar, “Sudah mau pulang Sei” tanyaku pada pemuda
bersurai putih itu.
“Shinji-san sudah
menjemputku” jawabnya sambil merapikan tumpukan kertas itu.
“Aku akan menyelesaikan
sisanya besok” lanjutnya.
Dia mengambil tas yang
diletakkan di sofa dan beranjak menuju pintu. “Kau tidak pulang Sora” tanyanya
saat ingin keluar.
“Aku akan menyelesaikannya
sedikit lagi” jawabku.
“Baiklah, sampai jumpa besok”
akhirnya Sei pergi juga.
Aku kembali ke tumpukan
kertas di depanku, sisa 5 lembar lagi. Aku membaca data siswa yang tersisa.
4 lembar...
3 lembar...
2 lembar...
Akhirnya lembar terakhir....
Tapi tunggu dulu....
Aku membaca data siswa yang
terakhir sekali lagi. Ada yang menggaljal di hatiku. Data itu terasa ganjal.
Nama kecilnya mirip sekali dengannya. Ku lihat foto siswi kelas 1 itu dengan
teliti. sorot matanya, warna rambut dan iris mata itu sama dengannya. Lebih
tepatnya siswi itu mirip sekali denganku.
Mataku membulat sempurnya,
keringat mungucur pelan dari dahiku.
Jangan-jangan....
“Iori”
.
.
to be continue
0 komentar:
Posting Komentar